Jam 07.00 si bule bangun, berpakaian dan pamitan ke istriku yang bermalas-malasan di tempat tidur dalam keadaan bugil. Setelah si Jullio pergi, aku menyerbu masuk ke kamar istriku, dia kaget sekali
melihat aku datang, aku langsung membuka pakaianku dan menindihnya. Berberapa kali dia berontak, namun akhirnya penisku bisa kutancapkan ke vaginanya. Puas mengocok vaginanya, aku
minta dia nungging untuk menyodok lubang satunya. Dia menolak,Lis.. kamu jangan munafik, si bule dua orang itu kenapa kamu kasih..ah? aku keceplosan ngomong. Dia terheran-heran dan
menanyakan dari mana aku tahu hal itu. Akhirnya aku menjelaskan aktivitas spy-ku di kamar sebelah. Wajah istriku tampak merah padam antara malu dan marah, apalagi kujelaskan secara detil
pergumulannya yang hot dan binal dengan si bule. Dia memintaku agar cepat-cepat mengurus perceraian kami, karena dia akan segera menikah dengan si Jullio dan pergi ke Italy. Aku
menyanyakan apakah dia benar-benar mencintai si bule namun tidak dijawabnya. Aku memberi tahu bahwa hidup di luar negeri itu susah dan budaya mereka beda. Aku takut nanti di sana kamu
dijadikan budak nafsu mereka saranku.Setelah kejadian itu, mereka selalu berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lainnya untuk bercinta. Aku jadi kehilangan objek spy-ku karena ketololanku sendiri.
Aku tidak bisa menaklukkan rasa cemburuku. Setelah kami resmi bercerai, istriku diboyong si bule ke Italy. Sampai sekarang aku tidak pernah terima kabar darinya.
0 komentar:
Posting Komentar