Rabu, 08 Februari 2017

Ini Cerita Sex Yang terbaru 2017 Di Gubuk

aku dilahirkan di ibu kota jakarata dan dibesarkan di kota ini. Tuhan memberikan aku kelebihan. Dengan kecantikanku, aku bisa dapat cowok yang kaya. Maaf agak matre,,hh. Biasa hidup di kota

besar aku harus begitu. Himpitan keluarga mendorongku untuk menyatu dengan kehidupan kota yang ganas ini. Karena aku mendapatkan layanan mobil mewah itu dari pacarku dari antar jemputnya.

Karena terlalu sering kami bersama, suatu keadaan memaksaku untuk kehilangan sesuatu yang berharga dari hidup ini. Malam-malam aku mengajak tanding. Begini ceritanya:

Suatu hari kami berada di suatu tempat yang sepi. Waktu itu hujan dengan lebatnya. Guyuran hujan memaksa kami berdua untuk berteduh di dalam gubuk yang agak ke dalam masuk dari jalan. Waktu

itu kami sedang pulang dari luar kota untuk jalan-jalan. Akhirnya kami yang sedang naik motor Ninja kehujanan langsung berniat untuk berteduh. Malam yang dingin ditemani cahaya motor pacarku

dengan perlahan menjemput kami. Sebuah gubuk tersorot oleh cahaya motor. Kami kemudian berteduh di tempat itu, karena takut kehujanan. Gelap memanjakan kami. Betapa tidak. Tidak ada

kendaraan yang lalu lalang di tempat itu. Gubuk itu cukup luas hingga ada iblis yang datang. Pikiranku kalang kabut setelah sandaranku ke dada pacarku. Aku merasakan kehangatan. Ku pancing

pacarku untuk melakukan sesuatu dan akhirnya, berhasil  juga. Ku buka bajuku perlahan setelah memastikan jalanan sepi. Malam menuntunku untuk melakukan sesuatu. Pacarku diam saja. Aku

semakin berani untuk membuka bajuku kemudian. Mas, Kalau engkau mau, ambil saja sekarang tidak apa. Aku rela.” Begitu kataku di samping leher kanannya.
Tetapi tidak sekarang. Tidak sekarang kita melakukan itu. Sebab aku ingin kau harus utuh sebagai gadis hingga pernikahan kita nanti. Aku ingin pernikahan kita nanti juga tak terdorong oleh keadaan

yang mendesak, oleh suatu permintaan tanggung jawab olehmu. Aku juga tak ingin pernikahan hanya sebatas alat penyelamatan nama baik kita dan keluarga kita. Iya, bukan pernikahan karena

kehamilanmu. Aku tak menolak sepenuhnya. Jujur, aku sungguh ingin melakukan perbuatan itu. Hanya saja aku menolak waktu. Aku hanya ingin melakukannya setelah ijab qabul terdengar oleh

langit dan bumi. Hmmmm begitu ya. Sejak kapan kau berpikiran seperti itu? Aku jadi ragu terhadap cintamu. Sejak aku mengetahui letak dimana kehormatanmu sebagai wanita dan kekasihku. Yah, terserah dengan keraguanmu.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar