Sabtu, 21 Januari 2017

CEWEK ABG DAN PEMBANTU YANG SEKSI

Sungguh, Vagina Silvi enak sekali. Kamu enak kan, Sil?  tanyaku lalu dijawab Silvi dengan
anggukan kecil. Aku menyuruh Silvi untuk menggoyangkan pinggulnya. Silvi langsung

mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya.  Suka
Penisku, Sil? tanyaku lagi. Silvi hanya tersenyum. Penisku seperti diremas-remas ditambah

jepitan Vaginanya. Ohh.. hh..aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba
mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku.

Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan Penisku ke dalam
Vagina Silvi. Kuperhatikan Penisku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya. Dengan posisi seperti ini aku

merasa begitu jantan. Silvi semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar
erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Silvi

yang semakin tidak terkendali.  Sil.. enak banget, kamu pintar deh. ucapku keenakan.
Silvi juga, om  jawabnya. Silvi merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.

Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata,  aduh yang diucapkan terputus-putus.
Aku merasakan Vagina Silvi semakin berdenyut sebagai pertanda Silvi akan mencapai puncak

pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan
dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya

rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu
posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Silvi hampir nyampe. Kuremas

toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya.
Kuhisap dalam-dalam. Ohh.. hh.. om..jerit Silvi panjang. Aku membenamkan Penisku kuat-

kuat ke Vaginanya sampai mentok agar Silvi mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya
melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat

terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk
bertahan lebih lama lagi. Siiiilll, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..jeritku.

Silvi yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di
pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari Penisku. Kurasakan tubuhku

bagai melayang. Secara spontan Silvi juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang
berada di belahan dada Silvi kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.

Telapak tanganku mencengkram toket Silvi. Kuraup semuanya sampai-sampai Silvi kesakitan.
Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Vaginanya. Aku merasakan nikmat

yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Silvi pada saat aku mengalami orgasme.
Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Silvi. Penisku masih berada di dalam

Vagina Silvi. Silvi mengusap-usap permukaan punggungku.  Silvi puas sekali dien tot om,”
katanya. Aku kemudian mencabut Penisku dari Vaginanya. Dari dalam Juna keluar sudah

berpakaian lengkap.  Pulang yuk An, sudah sore ajaknya.
Aku masuk kembali ke kamar. Nita ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa

mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar
berhenti dan Nita keluar hanya bercelSilvi pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku

hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Nita berbaring diranjang telanjang
bulat. Kenapa Nit, lemes ya dientot Juna kataku. Lebih enak ngentot sama om, Penis om

lebih besar soalnya jawab Nita tersenyum.  Malem ini kita men lagi ya om
Hebat banget Nita, gak ada matinya. Pengennya dien tot terus.  Ok aja, tapi sekarang kita

cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem kataku sambil berpakaian.
Nita pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah

hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian masing-masing dan bergumul diranjang. Tangan Nita

bergerak menggenggam Penisku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan
remasan lembut tangannya pada Penisku. Nita mulai bergerak turun naik menyusuri Penisku

yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala Penisku yang
sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya.

Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan
lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Nita menggenggam Penisku dengan erat.

Pentilnya kupilin2. Nita masukan Penisku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus
menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar.

Jilatan dan kuluman Nita pada Penisku semakin menggSilvis sampai-sampai aku terengah-engah
merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawSilvin

dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Vaginanya dengan lembut.

Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Nita menjerit lirih.
Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di Vaginanya. Kedua pahanya

mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam Vaginanya. Penisku kemudian
dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir

Vaginanya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Nita
mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri

di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Penis kutempelkan pada bibir Vaginanya.
Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Nita merasa ngilu bercampur

geli dan nikmat. Vaginanya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena
licin.Cerita Sex Terbaru Nita terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala Penisku

menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. Om.? panggilnya menghiba. Apa Nit
jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan.. jawabnya. Aku sengaja mengulur-

ulur dengan hanya menggesek-gesekan Penis. Sementara Nita benar-benar sudah tak tahan lagi
mengekang birahinya. Nita sudah pengen dien tot om katanya.

Nita melenguh merasakan desakan Penisku yang besar itu. Nita menunggu cukup lama gerakan
Penisku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, Penisku juga

panjang. Nita sampai menahan nafas saat Penisku terasa mentok di dalam, seluruh Penisku
amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan

mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam Vaginanya membuat Penisku keluar
masuk dengan lancarnya. Nita mengimbangi dengan gerakan pinggulnya.

Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin
meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting

enjotanku mencapai bagian-bagian peka di Vaginanya. Nita bagaikan berada di surga
merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Penisku menjejali penuh seluruh Vaginanya, tak

ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan Penisku sangat terasa di seluruh dinding
Vaginanya. Nita merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.

Nita mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Nita merasakan
kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin cepat. Penisku bertubi-tubi

menusuk daerah-daerah sensitivenya. Nita meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku
dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya

semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. Penisku yang besar dan
panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.

Aku pun demikian. Nita meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga
aku menindih tubuhnya dengan erat. Nita membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul

nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya
kuat-kuat. Nita meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “om..”, hanya itu yang bisa keluar

dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah
dan bibirnya. Nita mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan
menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya Penisku yang masih tegak itu.
Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok Penisku. Belum sempat aku

mengucapkan sesuatu, Nita langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan
masing-masing berada di samping kiri dan kSilvin tubuhku. Vaginanya berada persis di atas

Penisku. Akh!” pekiknya tertahan ketika Penisku dibimbingnya memasuki Vaginanya.
Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh Penisku. Selanjutnya Nita bergerak seperti

sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik.
Ouugghh.. Nit.. luar biasa!  jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya

mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya,
kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya.

Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba
memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC.

Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Nita berkutat
mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan Penisku semakin cepat

seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya,
selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang

bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin
bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Nita pun

merasakan desakan yang sama. Nita terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai
mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuhku nyemprot begitu kuat dan banyak

membanjiri Vaginanya. Nita pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.
Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Nita berteriak panjang saat mencapai puncak

kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan
erat. om, nikmaat! jeritnya tak tertahankan. Nita lemes, demikian pula aku. Tenaga

terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! akhirnya
kami tertidur kelelahan
Share:

0 komentar:

Posting Komentar